Reruntuhan malam dibangun oleh
keping-keping gelap yang berusaha melindap
ketika hanya sedikit mata hati
mencoba menekuri dinihari
dengan menjahit matanya
dan membebat mulutnya
berhenti melihat
tak lagi berbicara
sehingga hujan yang datang
hanya didengarkan
sebagai kidung yang dinyanyikan kemalaman
Reruntuhan hujan
di aspal, trotoar, dan selokan
adalah bagian dari iklan
bagaimana seharusnya, menjadi omnivora
yang bersahaja
Situs reruntuhan hujan
ditemukan, nyaris setiap kali
langit jatuh cinta, lalu patah hati
kemudian sisa hari, dieskavasi
oleh siapa saja yang merasa
jatuh cinta, lalu patah hati
dan tidak untuk siapa saja
yang menganggap penggalian makna
sebagai kegiatan rongsokan
atau peristiwa, yang tidak perlu diistimewakan
Menemukan hujan
di sela-sela hari yang panjang
ibarat penemuan, artefak kuno
yang bercerita tentang
kelahiran yang direncanakan,
perjalanan yang melelahkan,
dan kematian yang dipastikan
Jakarta, 28 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H