Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Katamu, Aku adalah Rindu

3 Februari 2020   13:21 Diperbarui: 3 Februari 2020   13:34 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katamu, aku lelaki yang kehilangan kabut. Menjadi pagi yang terlalu terang, tanpa rahasia, dan lebih sering bersikap kelabakan. Mungkin, katamu lagi, aku terlalu lama, kehilangan matahari. Disekap kedinginan, lalu menyekap kesendirian. Di suatu tempat, di ujung aspal, karena mulai kehabisan jalan.

Aku mengira, semua kau duga, dari sorot mataku yang cukup berbahaya. Dan iya, aku merasa aku adalah lelaki yang senang mengasah belati lewat ketajaman puisi, juga menyukai kisah samurai yang lahir dari kisah-kisah Mushasi, dan yang paling menakutkan adalah, aku tidak mencintai diri sendiri.

Kamu bilang, aku lelaki yang menemukan hujan. Di malam ketika mendung kehilangan biji mata, di siang saat langit kehabisan retina, dan di pagi manakala cuaca yang tersisa adalah tatapan yang bersahaja.

Sesungguhnya, aku hanyalah satu rintik gerimis yang mewakili sekian ribu sajak liris. Menjadi malam untuk tempat singgah rembulan, menjadi siang sebagai penampung keringat yang bertumpahan, dan menjadi pagi agar embun-embun yang terlanjur mati masih bisa diupacarakan.

Katamu kemudian, aku adalah rindu yang ditinggal oleh masa lalu. Menurutku, itu barangkali karena aku terlalu sibuk menjahit kelu di lidahku yang kaku. Tak sanggup lagi bicara. Hanya seperlunya saja. Sebab saat aku terlampau banyak berkata-kata, membuatku diasingkan heningnya sandyakala.

Dan akhirnya aku tetap kesepian belaka.

Bogor, 3 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun