Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Satu Malam, Sebuah Puisi, dan Beberapa Pigura

30 Januari 2020   03:18 Diperbarui: 30 Januari 2020   03:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup satu malam
untuk membuatku bertualang
ke negeri para pemberani
tempat para lelaki membelalakkan mata
lalu mementang gendewa
memanah sandyakala

Cukup dengan satu puisi
aku memutuskan jatuh hati
pada cemara dan kamboja
yang terpekur di haribaan gulita
hanya untuk berdoa
bagi pemakaman daun dan bunganya

Bayangkan jika itu beberapa malam
mungkin aku tidak sekedar
berdansa dengan hujan
namun menciptakan sebuah tarian
yang hanya akan dipertontonkan
ketika rasa romantis menjadi rintik gerimis
dan diaransemen secara dramatis
oleh rima sajak-sajak liris

Bayangkan jika itu beberapa puisi
mungkin aku bisa jatuh cinta
pada seisi belantara
memotretnya dari udara
meminjam tajam mata elang
yang sedang mengintai mangsa
lalu membingkainya dalam pigura
di sebuah dinding museum
tempat terbaik untuk mengingat ulang
masa silam yang lupa dikenang

Bogor, 30 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun