Pada umumnya cerpen adalah sebuah karya tulis yang bercerita tentang sebuah tema lalu dituliskan secara gamblang namun ringkas. Kerumitan dari menulis sebuah cerpen ada pada bagian akhirnya. Di sinilah instrumen khayal bekerja. Seperti apa mengakhiri sebuah cerpen sehingga mengejutkan, melintir, atau semacamnya.
Sama seperti puisi, seberapa luas ruang khayalan lah yang membedakan antara penulis cerpen satu dengan lainnya. Besaran pengaruh khayal tergantung juga untuk segmen siapa cerpen dibuat. Apakah cerpen itu dibuat untuk pembaca anak-anak, orang dewasa, atau pemikir sastra. Bagi sebuah cerpen anak-anak, bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti adalah penting.Â
Cerpen yang ditujukan bagi para pembaca dewasa tentu harus memiliki alur yang meliuk dan akhir yang thrilling sehingga menarik rasa penasaran. Dan terakhir adalah cerpen filosofis yang memang ditujukan untuk menjadi konsumsi orang-orang yang bergelut di dunia sastra.
3. Novel
Dalam tulisan yang berbentuk novel, kekuasaan khayal mulai berkurang. Banyak sekali novel yang diproduksi berdasarkan kisah nyata atau setidaknya dari yang pernah dibaca dan dilihat langsung oleh penulisnya.
Alur cerita di novel umumnya bisa ditangkap dari percakapan yang ada di dalamnya. Percakapan, memegang peranan yang sangat penting sebagai panduan bagaimana mengartikan alur cerita sebuah novel. Bahkan di dalam sebuah novel misteri sekalipun.
Kecuali bagi novel-novel yang bergenre futuristik dan kilas balik tempo dulu. Novel berjenis ini akan menyedot habis-habisan daya khayal seorang penulis. Novel futuristik bahkan bisa saja 100% berada di kekuasaan ruang khayal.Â
Sedangkan novel kilas balik tergantung dari temanya apa. Apakah itu novel sejarah, atau justru novel roman silat berlatar belakang sejarah misalnya. Untuk yang disebut pertama, daya khayal yang dibutuhkan jauh lebih tipis dibandingkan yang kedua. Begitu kira-kira.
Akhirnya
Mata air imajinasi bagi seorang penulis ditentukan seberapa sering dia mengkhayal, seberapa besar dia berimajinasi, dan seberapa banyak porsi yang diturunkannya dalam bentuk tulisan.
Tentu saja semua ini tidak lantas menjadi sebuah teori. Semua tetap berpulang pada cara bertutur, gaya bahasa yang digunakan, dan tema serta segmen apa yang dituju oleh penulis.