Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hati dan Ruang Amnesia di Dalamnya

20 Januari 2020   11:55 Diperbarui: 20 Januari 2020   12:17 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua mengerti
bahwa hati tak akan pernah bisa dikoloni
ia ada di sebuah tempat yang tak punya koordinat
di peta-peta yang tak memberikan lintang dan bujur
sehingga setitikpun tak bisa dilacak
lokasi sebenarnya
atau alamat sesungguhnya

Tidak semua paham
bahwa hati tak bisa dikemudikan
ia mirip hujan
tiba-tiba saja singgah di halaman
tak lama kemudian
berada di tepian sungai
menyusur ngarai
dalam kegelapan yang membadai

Ia tidak seperti matahari
tiba tepat di pagi hari
ketika sekawanan embun masih menyelimuti daun
dan kabut mulai menghilang karena habis dilanun
oleh kesunyian yang mulai pecah
dari percakapan yang terus saja membuncah
di gerbong kereta, halte bus kota
dan lidah yang sarat kata-kata

Ia, hati itu
klandestin dari waktu
rahasia paling rahasia
dari misteri yang pernah ada di dunia
melebihi kerumitan fotosintesa
atau episode metaformosa
sehingga orang-orang lebih memilih
berurusan dengan amnesia

Jakarta, 20 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun