Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pucuking Ndalu

18 Januari 2020   22:54 Diperbarui: 18 Januari 2020   23:15 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opo sliramu isih kelingan?
nalika dolanan banyune udan
ing pinggir kali Serayu
sinambi nembangake lingsire srengenge
ing bang-bang wetan
nyritakake bab-bab paugeran
wong-wong kang lagi nandang kasmaran

Sumiliring bayu mbok tutke kanti nggethu
ing njero penggalihmu
mugo-mugo iso nemokake sigaraning jiwa
kang isih durung anjelma
bebarengan karo dadi lan patine sandyakala

Wengi iki para widodari nguduni undakane ratri
sliramu pengen melu nututi
munggah ing kahyangan
nandur kembang setaman
kanggo pepengetan
yen katresnan kuwi podo karo
gamelan kebo giro
ning ugo ora owah lan nyimpang
saka titir lembute mbonang

Diajeng cah ayu kang lair soko mega-mega
aku titip layang lan ukara
geguritan lan perkara
menawa sliramu kuwi
pucuking ndalu kang tak impi-impi

Bogor, 18 Januari 2020

-------

Puncak Malam

Apakah kau masih teringat?
ketika berdansa dengan hujan
di pinggir sungai Serayu
sembari menyanyikan tenggelamnya matahari
di ufuk timur
yang bercerita tentang tapal batas
di mana orang-orang lantas menjatuhkan keping-keping cinta

Kau mengikuti pergerakan angin dengan tekun
di tengah-tengah badai pikiran yang dilanun
oleh harapan bertemu separuh jiwa
yang belum pernah dijumpa
mulai dari hidup serta matinya senja

Malam ini para bidadari menuruni tangga dinihari
dan kau ingin turut serta
menaiki angkasa
menanam bunga-bunga di sana
sebagai sebuah monumen peringatan
bahwa cinta itu sama saja dengan
halilintar yang mampu meledakkan nalar
tapi juga tak jauh berbeda dengan
musik orkestra yang mendinginkan keinginan makar

Adinda cantik yang dilahirkan mega-mega
aku menitipkan surat dan kalimat
dalam puisi yang punya beberapa bait perkara
kalau dirimu sesungguhnya
adalah puncak malam yang kumimpikan saat ini juga

Bogor, 18 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun