Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rencana Luang di Hati yang Kehabisan Ruang

12 Januari 2020   20:21 Diperbarui: 12 Januari 2020   20:16 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Aku memilih menjadi sungai
yang menghanyutkan seisi ngarai
daripada kehabisan adrenalin
lalu menggadaikan ingin
pada angin yang lewat
mencari-cari alamat
orang yang berencana tersesat

Aku memilih menjadi lautan
yang gelombangnya menyapu pesisir
daripada kehabisan pikir
bagaimana cara terbaik menjerat purnama
jatuh ke pangkuan
lalu bercinta dengannya
hingga pagi menyeruak tiba

Aku memilih menjadi kawah yang menganga
daripada kehabisan kata-kata
lalu terdiam
di tengah hingar-bingar perbincangan
antara api dan matahari
siapa yang lebih dulu mati
ketika sunyi melakukan harakiri

Aku memilih menjadi awan
yang bergulung-gulung memaku kekosongan
di langit yang meliput semua kengerian
dalam berita-berita tentang perang
dan keharuan yang sampai pada puncaknya
ketika orang-orang di dunia
semua punya rencana jatuh cinta
namun kehabisan ruang di hatinya

Bogor, 12 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun