Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sandyakalaning Ati kang Dirubedo Ratri

1 Januari 2020   21:13 Diperbarui: 1 Januari 2020   21:16 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Saiki isih sandyakala. Lampu-lampu ing ndalan siji mboko siji ngedipake mata. Ngelingake marang sopo wae kang liwat. Menawa wengi iki aja nganti sambat. Amergo apa wae. Najan kuwi ditekani wewe. Apa atine keblekan srengenge.

Rubedo tansah teka kaya pletikane awu ing mongso ketigo. Nglilipake pandelengan. Marakake nyureng uleng-ulengan.

Lintang-lintange pada metu. Nyisihake mendung kang sedinoan ngirim bendu. Ngelingake kabeh kang ora kelingan. Menawa kali lan segara kuwi ora bisa digawe dolanan.

Laron-laron kang nemplek ing kaca mburi. Saktuhune ngajari piye carane ngadepi ora gampang ceklek ati. Opomaneh yen dirubedo karo ratri. Kang miwiti pedhut sakjroning diri. Ngongkon sliramu nyedaki mati.

Luwih becik milih ngagungaken asmane Ingkang Murbeng Dumadi.

Bogor, 1 Januari 2020

------

Sandyakala Hati yang Diperkarakan Dinihari

Ini masih sandyakala. Lampu-lampu jalan satu demi satu mengedipkan mata. Mengingatkan kepada siapa saja. Malam ini jangan sampai membuang keluh. Karena apa saja yang dianggap runtuh. Apakah itu karena didatangi oleh kengerian. Atau hati yang terpanggang kepanasan.

Perkara demi perkara akan tiba seperti kepulan debu di musim kemarau. Menutupi pandangan. Membuat pikiran mengerut habis-habisan.

Bintang-bintang sudah keluar. Menyisihkan mendung yang seharian mengirimkan buruknya kabar. Memperingatkan mengenai lupa. Bahwa sungai dan lautan jangan pernah dianggap sebagai budak sahaya.

Anai-anai yang beterbangan lalu hinggap di kaca belakang. Sesungguhnya mengajari bagaimana cara terbaik untuk tak patah hati. Apalagi jika berperkara dengan dinihari. Yang pasti mengirimkan kabut untuk memberi pesan tersembunyi. Tentang harakiri.

Lebih baik jika kita memilih mengagungkan nama Gusti.

Bogor, 1 Januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun