Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Kuburan Mana Seharusnya Kenangan Dimakamkan?

3 Desember 2019   11:06 Diperbarui: 3 Desember 2019   11:09 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada rintik hujan? Bukan! Kenangan lebih pekat daripada mendung yang melahirkannya. Hujan hanya membangkitkan, tapi tak akan mampu menguburkan. Sekalipun disertai badai taifun. Atau mendatangkan berduyun-duyun para pelanun. Kenangan akan tetap berdiri setegak berhala-berhala Fir'aun di zaman majnun.

Pada berjilid-jilid puisi? Nehi! Kenangan telah menciptakan majas sendiri yang tak ada dalam daftar gaya bahasa. Ia lebih garang dari hiperbola. Ia lebih jalang dibanding metafora. Pada ruang-ruang sempit kosakata, kenangan menjelma menjadi raksasa yang fasih meludahi rasa.

Pada kerumunan benak? Tidak! Kenangan lebih lihai menyusup ke pedalaman hati. Menyusuri setiap langkan secara hati-hati. Lalu meledak seperti gunung berapi. Membanjirkan lava melalui aorta. Kemudian menyala sepenuh bulatan retina.

Kuburan paling tepat untuk memakamkan kenangan terletak di celah antara awan, buku-buku, dan pikiran.

Pada awan, ia bisa melebur dalam gulungan duka. Diusung dalam keranda yang ditanggai bianglala. Lalu dimakamkan di pinggiran purnama. Menjadi spektrum redup cahaya.

Pada buku-buku, ia memaku dirinya pada bab-bab yang membelasah. Menjadi risalah sejarah. Hingga akhirnya beranjak punah.

Pada pikiran, ia berdiam di ruangan yang terkunci rapat dengan anak kunci yang telah dibuang sejauh-jauhnya. Kenangan akan terkubur lama. Hingga kelak akan tiba masa menagih janjinya.

Kutai, 3 Desember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun