Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Palagan Langit

24 November 2019   08:54 Diperbarui: 24 November 2019   08:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

seperti angin,
yang terlalu dingin untuk dibiarkan bertiup
di antara kehangatan perapian
dan tungku yang cuma menyala suam-suam kuku
pada sebuah malam
ketika purnama merebahkan dirinya
di langkan jiwa-jiwa merana

akupun meletakkan separuh pikiran
di atas pembaringan
separuhnya lagi
kusimpan di jendela kaca
untuk menghalangiku dari dunia luar
yang terus saja berkirim kabar
tentang wajah langit yang makin memudar
setelah tajam lidah peradaban
terus menusukkan ujung lembing yang terbakar

entah bagaimana ini semua bermula
entah seperti apa caranya
namun ternyata
langit jadi palagan
pertempuran yang tak punya pemenang
hanya kematian demi kematian
tanpa sempat mengadakan
upacara pemakaman

Jakarta, 24 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun