Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memento Mori

21 November 2019   22:18 Diperbarui: 21 November 2019   22:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Kita bisa melihat, kehidupan lewat
berlalu-lalang, seperti migrasi belalang
di musim kebakaran
lalu kita mencatatnya, dalam ingatan
sebagai memori
dan memasangnya sebagai tugu peringatan
memento mori

Kita juga melihat, kematian lewat
dalam senyap, seperti kabut yang melenyap
di pagi hari
begitu cahaya matahari
mengambil alih ruang-ruang senggang
dari halaman yang kesepian
hingga jalanan yang menunggu keramaian
dicatat oleh takdir
sebagai memori terakhir kali
dan menuliskannya dalam nisan yang digrafir
memento mori

Jakarta, 21 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun