Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ensiklopedia Hati

19 November 2019   11:52 Diperbarui: 19 November 2019   11:57 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

matahari roboh
di emperan toko-toko yang baru buka
memamerkan etalase
yang masih terkantuk-kantuk
sejak bulan lalu menunggu pembeli
dari kilas balik masa lalu

menara di kota besar
memerangkap penghuni di dalamnya
dengan kaca-kaca anti peluru
dari berondongan mesiu
lagi-lagi dari masa lalu

jalanan padat
oleh ribuan cita-cita
dari jutaan kepala
yang susunan urat syarafnya
sama
tapi sinapsis otaknya bekerja
dengan sangat berbeda

lalu lalang kendaraan
simpang siur membawa keinginan
pada hati yang menggelinjang
dari level paling jalang
hingga tingkat tertinggi
para pertapa yang tak lagi
butuh air dan api
untuk memasak kelezatan
atau menjerang kemewahan

dari itu semua
eksiklopedia hati dibangun
oleh pengalaman dan pengetahuan
di sarang penyamun
yang mengingat Tuhan
dengan doa-doa sebelum sarapan
juga di istana-istana
yang lupa menggunakan doa yang mana
sebelum melahap makan siang

Jakarta, 19 November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun