Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja di Khatulistiwa

16 November 2019   17:01 Diperbarui: 16 November 2019   17:21 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://miro.medium.com

Senja memberikan detail yang satire ketika kata-kata yang meluncur dari mulut para pemuja skeptis adalah kalimat sinis.

Setelah mereka berkata senja lebih baik cepat tenggelam daripada selalu memberikan nuansa romantisme masa silam yang berasa balam.

Seketika senja menampakkan kolase warna tak biasa melebihi spektrum bianglala. Memberikan isyarat kuat tentang warna istimewa yang hanya bisa ditangkap oleh retina yang baik-baik saja.

Merah, jingga, ungu, dan biru, yang mungkin hanya pernah dipergunakan oleh para maestro lukis saat terjebak masa lalu.

Hujan datang membantunya. Mengirimkan kabut yang sempurna. Menutupi horison secara paripurna hingga semua yang menyaksikan seolah melihat dunia sedang terluka.

Mengiris iris mata, menggaris airmata, dalam sebuah pemandangan langka yang mungkin hanya tersedia ketika duka sampai pada puncak ketinggiannya.

Senja di khatulistiwa. Masih satu rencana dengan senja di Kaimana. Berada di halaman depan buku-buku para pujangga yang selalu menginginkan romantisme berdiri di atas pasal-pasal tentang cinta.

Pontianak, 16 Nopember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun