Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jadilah Saja Senja!

8 November 2019   11:31 Diperbarui: 8 November 2019   11:27 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak perlu menjadi serigala. Untuk memecah kesunyian malam, di pelataran rembulan, menggemakan lolong peringatan, bahwa menjadi patah hati itu tidak butuh perincian.

Cuma perlu secarik kertas, sebatang pena, dan retakan kaca. Tuliskan di sana tentang sajak-sajak tua yang belum pernah sama sekali melukai tuannya.

Tak perlu menjadi dinihari. Untuk menjadi sepi, melintasi batasan bunuh diri, akibat cedera parah di hati. Jadilah saja seorang pejalan yang tersaruk-saruk, mendatangi tempat-tempat buruk. Maka luka berdarah dalam hatimu tak akan meruyak dan semakin teruk.

Di tempat-tempat itu kau akan menjumpai perihal gagal dan perkara sundal yang jauh lebih janggal. Kau akan tahu betapa cedera itu tak sampai menjadikanmu seorang kanibal. Mengunyah habis semua khayal mengenai dunia yang baik-baik saja. Padahal sebenarnya hampir di semua sudutnya siap menerkam apa saja. Dengan segala cara.

Tak perlu menjadi tabib. Untuk menyembuhkan rasa sakit, menelan semua yang pahit, lalu berharap matahari segera terbit, akibat dari luka yang tak sempat dijahit, sangat membutuhkan berkas cahaya, agar tak tertutup kegelapan yang merajalela. Dari luka dan duka yang rajin bertamu. Membawakan buah tangan beberapa ikat sembilu.

Jadilah seorang pelanun yang berbahaya. Mengitari segala samudera, menghampiri setiap bahtera, lalu menyamun semua airmata yang ada di dunia. Memahatnya menjadi arca, kemudian dipajang di museum-museum yang ada, mengumumkan bahwa airmata adalah benda purbakala, bagian dari sejarah yang gelisah, potongan dari hikayat yang resah. Tak perlu dipikirkan, apalagi hingga membuat retina berantakan.

Pada akhirnya jadilah saja senja!

Kau akan selalu berpikir tentang kepulangan. Usia bukan lagi untuk dolanan. Namun lebih tepat jika dijadikan bahan bacaan. Di buku-buku yang mencantumkan tentang frasa kebaikan dan fase kematian. Pada setiap halaman.

Jakarta, 8 Nopember 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun