Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perpustakaan

31 Oktober 2019   10:31 Diperbarui: 31 Oktober 2019   11:34 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam himpunan sajak yang bercerita tentang kata tidak, masih terdapat harapan yang mengambang setelah sebagian iya menghilang.

Di antara riuh rendah anak-anak sastra yang memberontak terhadap majas dan rima, masih ada sisa-sisa kata yang setia kepada hujan dan senja bahkan ketika kopi mulai kehabisan kafein dan meruntuhkan sebagian adrenalin.

Di sela-sela rayuan tak putus-putus dari ribuan puisi pada antrian panjang patah hati, masih tersisa kekuatan cinta yang mampu menyaingi cahaya matahari. Di pagi yang selalu mengamini ritual embun bunuh diri.

Di tumpukan buku-buku yang telah berkali-kali dibuka namun tak sempat terbaca, pasal-pasal di dalamnya menguap seperti koma yang tak pernah menemui titiknya. Selalu berada pada alamat yang berbeda kecuali jika sedang bersama dalam panjangnya jeda.

Semua berada di rak-rak almari yang dipajang di perpustakaan. Tempat paling tepat untuk menyimpan sekian banyak riuh rendah perjalanan. Dari semenjak perayaan keberangkatan, hingga tiba saat dirgahayu kepulangan.

Bogor, 31 Oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun