Ran meletakkan telunjuk di bibir menyuruh semua diam. Rabat sedang berkonsentrasi terhadap sesuatu. Ran mempercayai tindakan Rabat.
Semua terdiam dan bergelung dengan pikiran masing-masing. Kecuali Ran, Tet dan Ben berpikir Rabat sudah gila!
Kapal selam kecil itu terus maju dengan kecepatan tinggi. 5 menit lagi dari benturan dan Rabat masih terus memacu kapal selam ke arah torpedo.
4 menit, 3 menit, 2 menit......mendadak Rabat membuat belokan tajam ke samping lalu menambah kedalaman selam secara ekstrim. Rabat memasuki sebuah celah sempit yang diapit oleh dinding-dinding terjal pegunungan bawah laut.
Ah! Ini rupanya maksud Rabat. Sedari tadi Tet dan Ben sama sekali tidak memperhatikan layar monitor yang menunjukkan situasi bawah laut. Mereka sedang berada di sebuah alur laut yang sama sekali tidak terbuka. Banyak sekali palung, dinding tebing bawah laut, dan celah-celah sempit di antaranya.
1 menit, dua torpedo itu ikut membuat belokan tajam mengejar sasaran. Tapi saking tajamnya saat membelok , satu torpedo tak bisa mengelak ketika menghantam dinding tebing bawah laut dengan suara menggelegar. Sisa satu lagi!
Rabat meliuk-liuk dalam celah sempit itu dengan satu torpedo di belakangnya. Tak sampai 1 menit lagi akan terjadi benturan!
Kecuali Rabat, semua mata terbelalak saat melihat celah itu buntu! Sebuah dinding tebing menjulang tinggi di hadapan mereka. Rabat memang sudah gila!
Rabat tetap fokus. Tepat saat torpedo mendekat dan siap menghancurkan kapal selam itu, tiba-tiba Rabat mengurangi kecepatan secara drastis berbarengan dengan melepas 1 balast pemberat sehingga kapal selam itu seolah dilempar ke atas dalam sekejap.
Torpedo itu menghantam dinding tebing secara telak. Gemuruh dari reruntuhan besar dinding tebing yang hancur bisa dilihat oleh mereka dari jarak sedemikian dekat. Sedangkan kapal selam itu terus naik ke arah permukaan karena gaya tekan balast yang dilepas tadi.
Mereka selamat.