Negeri Tulang Belulang (Menantang Badai Laut Utara)
Kapal selam itu meluncur mulus di bawah permukaan laut yang sedang dahsyat menggelora. Lautan seperti diaduk oleh para raksasa. Bahkan sekian puluh meter di bawah permukaan saja, Rabat dan kawan-kawan masih bisa merasakan kapal selam mereka terguncang-guncang. Arus berputar tidak karuan karena ujung mata puting beliung mengaduknya dengan intensitas luar biasa.
Untunglah ternyata kapal kecil milik Bio Research ini mempunyai mode selam. Kalau tidak, mereka tidak bisa membayangkan bagaimana cara bertahan di cuaca super buruk ini.
"Rabat, sampai seberapa kedalaman yang bisa dicapai oleh kapal selam ini?" Tet yang semenjak tadi hanya berdiam diri akhirnya bertanya.
"Jika melihat indikator maksimum di monitor ini, 500 meter. Kenapa?" Rabat balik bertanya.
"Hmm, pantauan radar dan jangkauan satelit paling canggih saat ini untuk memindai bawah laut sekitar 500 meter. Kita harus datang diam-diam. Jika ketahuan, mereka dengan mudah akan mengirimkan torpedo untuk menghancurkan kita."
Ran mengangguk membenarkan. Situasinya sangat berbahaya. Mereka menghidupkan transponder dan jaringan satelit sebagai panduan arah tapi sama artinya juga dengan membiarkan Bio Research mengetahui persis di mana posisi mereka. Mengirim torpedo? Tentu mudah saja bagi mereka. Hanya saja mungkin saat ini belum berada dalam jarak jangkau jelajah torpedo sehingga mereka masih aman.
"Torpedo! Dua! Menuju kesini!" Rabat berteriak gugup. Jarinya menunjuk dua titik kecil di layar.
Astaga! Ran mengeluh dalam hati. Belum selesai dia memikirkan kemungkinan ini, serangan itu sudah datang.
Tanpa berpikir panjang Rabat meluncurkan kapal selam ke depan dengan kecepatan tertinggi. 20 knot di dalam air sama dengan 25 knot di permukaan. Itu sudah cukup cepat. Tapi dia tahu, kecepatan torpedo tidak kurang dari 20 knot sehingga dalam hitungannya tak lebih dari 10 menit dari sekarang akan terjadi benturan. Jarak mereka dengan torpedo itu tak lebih dari 30 nautical mile.
"Rabat! Apa yang kau lakukan?" Ben setengah menjerit bertanya melihat seolah Rabat sengaja menyongsong kedatangan torpedo head to head.