"Kita cari jalan keluar dari ruangan ini. Tapi jangan sedikitpun lengah terhadap Dara. Harus ada satu orang yang terus menerus mengawasinya. Oke kawan?" Kali ini Raja tidak mau kecolongan lagi.
Ketiganya kemudian sepakat Rajalah yang harus mengawasi Dara sementara Raka dan Bima mencari jalan keluar.
------
Di sebuah tempat sangat rahasia, di salah satu ruangan candi yang belum dieksplorasi oleh tim ekspedisi, duduk berjajar sosok-sosok yang punya perwujudan seperti manusia. Namun dengan pakaian zaman kerajaan dahulu kala. Di hadapan mereka, nampak sebuah singgasana indah dan megah tapi kosong.
Sosok-sosok itu semuanya berdiam diri. Duduk bersimpuh tanpa berkata-kata. Suasana sangat hening. Sepertinya ada sesuatu atau seseorang yang ditunggu. Sesuatu atau seseorang yang menakutkan karena tak satupun dari mereka berani berbincang-bincang.
Sosok orang-orang itu berjumlah 7 orang. Â Semuanya perempuan. Pakaian yang dikenakan bagus-bagus dengan corak berwarna cerah yang seragam. Hijau terang. Kecuali satu orang yang selalu menunduk dan berada di bagian tengah serta diapit oleh dua orang lainnya, berpakaian mencolok dengan corak merah.
Salah satunya yang berada pada jajaran paling depan adalah yang paling cantik di antara mereka, kelihatannya adalah pemimpin mereka. Mengenakan pakaian yang sedikit berbeda. Masih berwarna hijau namun ada beberapa asesoris emas berkilauan di lengan, leher dan telinganya berikut sebuah mahkota berukuran kecil yang sangat indah di kepalanya. Sedangkan yang lain hanya mengenakan asesoris emas di telinga dan lengan saja.
Si pemimpin memberikan tanda dengan tangannya kemudian bersujud sembah sampai keningnya menyentuh lantai.
Kelima perempuan di belakangnya mengikuti dengan gerakan serupa. Perempuan berpakaian merah dibimbing oleh perempuan di kanan kirinya untuk ikut bersujud. Rupanya sang pemilik singgasana akan tiba.
Didahului oleh siutan angin keras yang berhawa luar biasa dingin serta suara ringkik kuda di kejauhan, lalu diikuti pula dengan suara burung Dekuk yang bersuara satu-satu, dari pintu ruangan muncullah dua sosok perempuan yang juga mengenakan pakaian tradisional tempo dulu berwarna hijau gelap. Pakaian yang mereka kenakan terlihat sangat mewah dengan perhiasan gemerlapan.
Dua perempuan itu melangkah dengan mantap ke arah singgasana lalu duduk bersimpuh di sisi kanan dan kiri. Sementara semua perempuan di hadapan singgasana sama sekali tidak bergerak dari posisi bersujud.