Macan itu mengendus sejenak ke arah tubuh Ran. Ran masih berharap aroma daun ini bekerja. Rupanya tidak. Didahului geraman pendek, macan besar itu menerjang ke arahnya. Ran terkesiap.
Grrrrrr! Gusrakkkkkk!.......grrmmmmm.
Tubuh besar macan yang sedang melayang di udara itu berhenti mendadak. Sebuah suluran panjang liana membelitnya dengan kuat. Macan itu mencakar-cakar. Mencoba menggigit putus batang liana.
Ran hanya bisa memandang dengan penuh kengerian saat melihat sebuah kepala tumbuhan besar yang mirip dengan kantong semar muncul tiba-tiba menelan tubuh macan itu bulat-bulat! Liana itu mempunyai kepala! Dan dia memangsa macan sebesar itu dengan lahapnya!
Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Seluruh tubuh macan itu sebentar saja lenyap. Jantung Ran nyaris berhenti. Liana yang dipanjatinya tadi ternyata adalah liana pemangsa. Dia mengerti kenapa dirinya tidak dimangsa tadi. Liana itu membaui aroma daun Pohon Kehidupan dan Kematian di tubuhnya dan tidak bisa memangsanya.
Ran selamat untuk saat ini.
Tapi sebuah kesimpulan terpatri kuat dalam otaknya. Tidak semua pemangsa bersifat nokturnal. Ini adalah ekosistem Hutan Pemangsa. Silva Predonum!
------
Makassar, 23 September 2019
Â