Secercah harapan mampir di benak Raka saat melihat lubang besar di atas kepalanya. Lagi-lagi sebuah gua. Dia tidak tahu apakah itu bisa menyelamatkan mereka, tapi memang tidak ada pilihan lagi. Raka melompat memasuki gua diikuti Bima dan Raja. Sementara air terus saja naik dengan cepat dan sekarang mulai membanjiri gua.
Ketiganya terus saja berlari berkejaran dengan air. Untungnya ternyata lorong gua itu menanjak ke atas dengan bentuk diagonal sehingga meskipun sambil terengah-engah tidak karuan, ketiganya tidak segera digulung air yang terus berdatangan.
Mulut gua mulai terlihat. Seakan disuntik dengan 1 mg adrenalin, ketiga lelaki itu mengerahkan tenaga sekuatnya mencapai mulut gua.
Berhasil! Sambil ngos-ngosan tak karuan, ketiganya lagi-lagi menjatuhkan diri ke tanah dalam kondisi kelelahan teramat sangat. Suara luapan air di belakang mereka sudah tak terdengar lagi. Aneh! Seolah-olah air itu memang menggiring mereka ke tempat itu.
Raka bangkit berdiri setelah merasa nafasnya sudah kembali normal. Memandangi kedua rekannya yang juga mulai bangkit berdiri, lalu melihat sekeliling untuk melihat mereka ada di mana. Matanya terantuk pada sebuah pemandangan yang lagi-lagi mendirikan bulu roma.
Mereka sedang berada di tengah-tengah kompleks pemakaman yang sangat tua. Dan ternyata mereka tadi bukan keluar di mulut gua, namun di lubang kuburan yang terbuka!
-----
Pekanbaru, 19 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H