Atap langit Pelalawan roboh perlahan-lahan
menjatuhkan halimun pekat berhamburan
menusuk-nusuk biji mata dan mencacah batang tenggorokan
menutupi raut muka matahari
meninggalkan siluet wajah-wajah nyeri
Ini bukan pertunjukan tahun baru
atau pesta musim semi
juga bukan asap hio yang diyalakan
merayakan kedatangan dewa-dewi pembawa rejeki
atau asap dupa yang dibakar campur kemenyan
untuk mengundang para perewangan
Ini adalah asap dari serasah yang hangus
hutan-hutan yang diberangus
pohon-pohon yang dijatuhi hukuman mati
dengan menyiramkan sekumpulan api
Di sini, orang-orang menjadi pemburu, berjibaku dengan waktu
menerobos semak berduri, dan belukar yang mencakar-cakar
mencoba memadamkan api
sebelum kobarannya membunuh lebih banyak bayi
atau menghanguskan sisa anakan meranti
Di sini orang-orang tidak punya waktu senggang
berlarian menggenggam segulungan selang
bersicepat dengan ruang demi ruang yang terpanggang
tempat siamang seharusnya pulang
tempat orang-orang juga semestinya pulang
menimang harapan
bisa berdansa dengan anak-anak hujan
Pelalawan, 17 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H