Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kota Sarang Laba-laba

28 Agustus 2019   07:13 Diperbarui: 28 Agustus 2019   07:40 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabut yang entah tersusun sebagian
dari zat kimia apa, luruh perlahan
seperti langkah putri raja menuruni undak-undakan
di kota yang berbibir pucat
karena terlalu sering menghisap butiran debu, besi dan cat
termasuk ribuan ppm carbon monoksida
yang memanjat pinggiran jendela
mengancam secara tak kentara
siap menerkam jantung siapa saja

kota ini juga beraut muka sepias pedofil
kekurangan klorofil
karena pohon-pohon yang ada
tak lebih banyak dari jumlah kucing liar
yang berkeliaran dari warung ke warung tanpa pagar

cahaya matahari, di kota ini
tak leluasa bertamu
tertahan di pekatnya kelambu
yang disamak dari asap knalpot bus kota
bercampur dahak kental cerobong pabrik tua

udara pagi, di kota ini
sangat bisa dijadikan maskara
bagi mata yang tak sempat berdandan
berangkat terburu-buru
tak punya lagi kesempatan, bercumbu dengan waktu

kota yang pada berandanya banyak mempertontonkan kemewahan
halaman belakangnya rusuh tak terawat
menjemur cawat dan syahwat, dari para pejabat
yang mengincar lengahnya kota
sembari lantang bersumpah setia, kepada negara

kota ini
sebentar lagi melarikan diri
berniat keras membersihkan hati
dari kusutnya jaring laba-laba
yang bersarang di muka para politisinya

Jakarta, 28 Agustus 2019

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun