di gerbong kereta
aku berjumpa, dengan banyak tatap mata
nyaris semua lenyap, dalam senyap
sisanya sibuk mengurai teka-teki, perjalanan hari ini
ada yang membiarkan ingatannya kembali, ke kantor yang sepi
sebab masing-masing orang, tenggelam di dunia yang jalang
ketika angka-angka berebut suaka, mengungsi sejauh-jauhnya dari celaka
ada yang menghalangi memori, agar tak kembali ke pantri yang sunyi
tempat orang hanya berani berbisik, membicarakan perkara yang berisik
ketika mata dan paha, saling beradu suka, menghampiri celaka
ada yang menyerahkan cerita, kepada sepenuhnya lupa
agar tak tersayat luka, dari pertengkaran di beranda
antara harapan yang menaiki awan dengan keinginan yang tercampakkan
di setiap perhentian, saat kereta melakukan seserahan
bermuntahan lah segala macam lamunan
orang-orang memasuki dunia nyata, dengan sedikit sembab di mata
teringat hari kemarin, yang terpilin-pilin
teringat hari ini, yang sepanas api
teringat esok hari, yang mengancam mimpi
di stasiun akhir, orang-orang berhamburan
seperti ngengat berburu cahaya lampu jalanan
sebagian berlari-lari mengejar apa yang telah diam
sisanya berjalan pelan mengikuti apa yang telah tak kelihatan
dunia memang serba salah
selalu saja membuat gelisah
bagi siapa saja yang enggan untuk berserah
Jakarta, 20 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H