Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Dunia dalam Satu Sloki Minuman

20 Agustus 2019   17:14 Diperbarui: 20 Agustus 2019   19:57 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari yang sungguh rimbun hari ini. Tumbuh dari banyaknya kesibukan dan berlalu lalangnya keinginan. Termasuk pernik-pernik kekacauan yang timbul dari tabrakan kepentingan. Antara kehadiran musim kemarau dan angan-angan akan datangnya hujan.

Otak dan benak dijerang habis-habisan. Letih dan pedih saling berkejar-kejaran. Mengikuti terseok-seoknya langkah kaki. Atau jungkir baliknya kekuatan hati.

Dunia khayal dan dunia nyata saling bersitegang. Satu tak mau gagal dan satu lagi tak hendak hilang. Sebenarnya ada rasa ingin bersekutu. Tapi sama sekali tak diijinkan waktu.

Apabila dua dunia bercampur dalam satu sloki minuman. Terhuyung-huyunglah sejumlah rasa dan keinginan. Lantas terjatuh dan runtuh. Di kubangan kenangan dan genangan harapan.

Jika dua dunia saling berselisih jalan. Terbitlah tajuk rencana kebingungan. Di halaman depan buku yang dituliskan. Oleh para pengarang yang menyebut dirinya terperangkap ruang otak sebelah kanan.

Jakarta, 20 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun