Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mekanisme Patah Hati

26 Juli 2019   14:13 Diperbarui: 26 Juli 2019   14:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

setelah sekian lama
mencoba menggadaikan malam
di lapak yang ditinggali rembulan
seorang perempuan berkeras menyelamatkan hari
dengan cara menciuminya setiap pagi
pada sebuah kisah, yang tak punya skenario tentang mekanisme patah hati

----
mungkin dikiranya pagi selalu terik
meski embun selalu hadir mendinginkan
karena begitu terjaga
nampak sangat tergesa-gesa
mengejar kereta
atau bergelantungan di kaki meja kerja

dunia berubah menjadi halaman buku
begitu dibalik, tiba-tiba telah meninggalkan bab satu
bab saat semua masih baik-baik saja
belum sampai pada suasana ketika hati mulai diaduk jelaga

seorang perempuan, atau lelaki
seringkali menggantungkan diri pada pergantian musim
untuk menghujani dirinya dengan keberanian
melangkahkan kaki, meninggalkan cengkeraman sunyi
tanpa perlu lagi berhati-hati

juga untuk menempatkan kemarau
di hatinya yang tergerus kenangan
agar tak terus-terusan tergenang
kemudian mengenang apa yang sudah semestinya dipulangkan
ke haribaan, zaman dan perubahan
----
setelah sekian lama
membayar sewa untuk mengejar bahagia
seorang perempuan membunuh hari
dengan meludahkan bisa setiap pagi
pada sebuah kisah yang telah mengadopsi
sekian banyak kesimpulan tentang patah hati

Medan, 26 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun