Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbunuh Masa Lalu

25 Juli 2019   22:22 Diperbarui: 25 Juli 2019   22:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan itu akan menyembah-nyembah di bawah kakinya. Fanggo tersenyum jahat kepada rencana yang berkelebatan di kepalanya.

----

Entah mengapa, tapi semenjak Kinasih dimutasi ke kantor pusat dan menjadi atasan langsungnya, wanita itu jelas-jelas selalu memandang penuh kebencian terhadapnya. Apa sih salahnya? Fanggo terkadang ingin langsung bertanya. Tapi tatapan setajam bilah pedang itu selalu menggagalkan niatnya.

Pernah di suatu ketika, saat Kinasih menyelenggarakan rapat koordinasi departemennya, Fanggo mengamati dengan seksama wanita itu. Cantik, semampai, berisi, berambut panjang mengkilat hitam. Kesimpulan Fanggo; wanita itu sesungguhnya menggiurkan. Kalau saja tidak judes minta ampun!

Ada sesuatu dari wanita itu yang mengingatkan Fanggo akan sesuatu. Tapi dia tidak tahu pasti apa itu. Yang jelas itu sebuah tanda di tubuh. Fanggo sempat terkesiap waktu Kinasih menumpangkan kaki jenjangnya di paha. Hanya sekilas. Tapi itu sudah cukup membuat Fanggo mengrenyitkan dahi sembari berusaha keras mengingat-ingat.

Fanggo tetap saja gagal mengingat itu apa. Terlalu banyak petualangannya dengan wanita semenjak dari SMA, kuliah, dan kerja berpindah di beberapa kota. Ruang memorinya tidak cukup untuk menampung semuanya.

----

Lamunan Fanggo yang tersaruk-saruk bersama langkahnya terhenti tiba-tiba. Sebuah mobil dengan rem berdecit keras berhenti di sampingnya.

"Kau mau kemana Fanggo? Butuh tumpangan?" sebuah suara manis menyadarkan Fanggo yang tadinya sudah siap memaki habis pengendara mobil urakan itu.

Kinasih!

Fanggo tidak tahu mesti berkata apa. Tubuhnya kaku. Lidahnya kelu. Tapi dasar lelaki yang sudah hilang separuh kesadaran, mata Fanggo hanya tertuju pada baju berbelahan leher rendah yang dipakai Kinasih. Menonjolkan harta miliknya yang ranum berharga. Juga wangi tubuhnya yang menusuk hidung Fanggo dengan tajam. Ah, ini aroma parfum kesukaannya. Paling cepat sekali memicu birahinya.

Tanpa pikir panjang Fanggo masuk ke pintu samping dan duduk di sebelah Kinasih. Aroma parfum itu semakin kuat begitu dia duduk di dalam mobil. Aih! Kenapa Kinasih tahu sekali apa yang bisa membangkitkan gairahnya. Pikiran Fanggo langsung mengembara kemana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun