Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perihal Kenangan

11 Juli 2019   02:34 Diperbarui: 11 Juli 2019   02:36 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sepetik sunyi, lahirlah melodi patah hati
di balik narasi masa silam, yang redup dan temaram
dari kenangan yang lampunya tak menyala, nyaris gulita

Pada jejaknya yang samar, nampak ilustrasi ingkar
terhadap perihal sakit, atas luka yang belum selesai dijahit
dari kenangan pahit, yang terus saja gagal berkelit

Kenangan adalah kubangan
bagi sejarah yang tak bisa dihapuskan
sebab tertulis di dinding hati
lalu menjadikan ruangnya berpartisi
tempat kita terus saja bekerja
mengisi ruang kosong yang ada
dengan harapan demi harapan
yang kelak juga akan ditakdirkan
menjadi serpih demi serpih kenangan

Langkat, 11 Juli 2019

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun