Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dipanasi Sayap-sayap Matahari

9 Juli 2019   07:09 Diperbarui: 9 Juli 2019   07:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang perempuan berkaca di hadapan separuh bulan
mencoba bertukar tatapan
lalu berbagi cerita tentang sebuah perjalanan
;perjalanan seorang perempuan yang jatuh cinta pada sepertiga malam

Seorang lelaki bercermin di temaram pagi
dari matanya mengalir embun yang satu demi satu lantas bunuh diri
bukan karena patah hati
;namun justru karena jatuh cinta pada takdir yang mesti ditemui

Perempuan itu meniti langit malam dengan hati-hati
mencoba mencari di rasi mana dia akan menggantungkan mimpi
agar tak usah lagi mempigura airmata
di dinding kamar tidurnya

Lelaki itu menyisir kabut yang menjatuhi hatinya
sudah saatnya tidak lagi berdansa dengan rahasia
karena musik dan lagunya telah berubah riang gembira
maka untuk apalagi harus bermelodrama

Lelaki dan perempuan itu akhirnya dipertemukan sajak dan puisi
saling bertukar hati
di sebuah pagi yang kehilangan mimpi
tapi begitu hangat setelah dipanasi sayap-sayap matahari

Langkat, 9 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun