Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Isyarat dari Langit tentang Rasa Sakit

22 Juni 2019   14:28 Diperbarui: 22 Juni 2019   14:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ketinggian sekian ribu kaki, ketika hamparan ladang kapas terlihat ditata sedemikian rapi, cahaya matahari menyentuh pematangnya secara istimewa. Membagi-bagikan spektrum warna tak biasa yang dipersembahkan bagi pagi yang bersahaja.

Dunia mengecil dengan cepat. Seolah waktu melompat keluar dari lubang persembunyiannya yang mampat. Langit bersepakat dengan memberikan isyarat bahwa cuaca akan baik-baik saja. Tak perlu cemas akan panjang pendeknya usia di sisa waktu yang ada.

Udara tipis tersengal-sengal menyanyikan syair-syair liris. Menggaris tepian langit yang membiru secara ritmis.  Menadah rasa sakit atas lusinan kenangan pahit. Dari orang-orang yang menitipkannya dalam kabut yang menguap dalam perjalanannya yang rumit menuju langit.

Dalam diam, hujan menjatuhkan lagi kenangan demi kenangan yang ditolak kehadirannya. Di tanah-tanah yang retak karena kehilangan rasa percaya. Terhadap cuaca yang terus saja mencoba meyakinkan tentang betapa kacaunya putaran dunia.

Bagaimanapun juga, isyarat dari langit selalu bisa dipercaya. Jika tidak, maka doa-doa tidak akan selalu berakhir di sana.

Sampit, 22 Juni 2019
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun