Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membaca Halaman Terakhir Cerita tentang Kota

13 Juni 2019   01:52 Diperbarui: 13 Juni 2019   01:58 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika malam menghela nafasnya dalam-dalam
menyesap udara panas yang menari liar di sela-sela tubuhnya yang lebam
terdengar gumaman pelan, dari orang-orang baru yang berdatangan
membawa sejuta cerita cinderella, bersama sepatunya yang tertinggal di emperan menara kaca

Dari setiap perebutan kolong dan gang
terdengar lolongan dan raungan berulang-ulang
serigala dan anak-anak puma
yang sedang beradaptasi dengan cuaca dan calon mangsa

Di sini ceritanya kembali dimulai
pada bab-bab baru tentang para kurcaci
mencoba hidup di negeri para raksasa
pelahap segala rupa

Membaca kota yang begitu duafa akan cinta
seperti mengulas habis pertarungan para predator di savana
saling buru baku mangsa
tanpa sedikitpun aba-aba

Buku-buku tentang kota yang berkilauan bak mutiara
tak pernah dibaca habis hingga halaman terakhirnya
tatkala tragedi telah menuang begitu banyak airmata
seperti musim hujan yang tak ada kesudahannya

Jakarta, 13 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun