Seorang perempuan dan mimpinya yang terbelah menganggap tidur malam hanyalah sebuah perintah yang semestinya dibantah. Ia begitu lelah. Menandai mimpi mana yang baik hati, dan di bagian apa yang menyiratkan raut muka keji.
Setiap kali matanya terpejam, taring-taring kegelapan mencoba menelanjangi lekuk liku tubuhnya yang nyaris selalu dipecundangi masa lalu. Setiap kali pikirannya mulai dihanyutkan oleh arus mimpi yang serupa tarian serimpi, suara keras gendang mengambil alih gemulai ke trance yang berapi-api.
Menyaksikan mimpinya yang selalu saja terbelah patah bahkan sebelum sempat mengetahui apakah itu mimpi indah bernaskah atau hanya sekedar potongan menjemukan dari mimpi yang berjenayah, wanita itu sampai berniat untuk menggugurkan semua janin-janin mimpi yang datang menghampiri. Jika calon mimpi itu tak juga mati, perempuan itu akan membunuhnya berkali-kali.
Perempuan itu sampai mengangankan kejadian tanpa mimpi di setiap tidurnya. Biarlah dia memejamkan mata secara sederhana saja. Tak usah diombang-ambingkan oleh mimpi yang terkadang hanya membuat saat terjaganya menjadi begitu tersiksa.
Jakarta, 16 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H