Di pusat-pusat pertokoan yang dingin
para manekin bergaya paling feminin
memamerkan helaian-helaian katun dan kapas
berharap mata-mata nyalang kesulitan menahan nafas
Di pasar-pasar tradisional yang menghamburkan bau mahar yang samar
para emak dan kuli panggul saling bersahutan seperti halilintar
menawarkan barang-barang dengan mimik muka riang
berharap orang yang lalu-lalang keinginannya segera meradang
Di terminal dan pelabuhan yang menguarkan bau comberan
tertindih oleh hilir-mudik para penumpang
dengan tas dan koper lebih besar dari tubuhnya
diseret lintang-pukang seperti menghela kekang kuda
Di stasiun kereta yang sebagian besar peronnya bergaya belanda
noni-noni masa kini membetulkan rias muka
mengerling kesana kemari
berharap orang mengagumi gaya metropolis masa kini
Semua tempat keberangkatan padat dan penuh sesak
memantulkan sorot mata yang kerinduannya menghentak-hentak
kepada bapak, emak dan kampung halaman
juga masa silam yang dulu sengaja ditinggalkan
Demi sebuah kota yang anggun, murung dan beraroma anggur
meski kerapkali bertindak sebagai penyamun, perundung dan tukang gali kubur
Bogor, 13 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H