Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Memulangkan Kerinduan

13 Mei 2019   05:30 Diperbarui: 13 Mei 2019   05:44 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pusat-pusat pertokoan yang dingin
para manekin bergaya paling feminin
memamerkan helaian-helaian katun dan kapas
berharap mata-mata nyalang kesulitan menahan nafas

Di pasar-pasar tradisional yang menghamburkan bau mahar yang samar
para emak dan kuli panggul saling bersahutan seperti halilintar
menawarkan barang-barang dengan mimik muka riang
berharap orang yang lalu-lalang keinginannya segera meradang

Di terminal dan pelabuhan yang menguarkan bau comberan
tertindih oleh hilir-mudik para penumpang
dengan tas dan koper lebih besar dari tubuhnya
diseret lintang-pukang seperti menghela kekang kuda

Di stasiun kereta yang sebagian besar peronnya bergaya belanda
noni-noni masa kini membetulkan rias muka
mengerling kesana kemari
berharap orang mengagumi gaya metropolis masa kini

Semua tempat keberangkatan padat dan penuh sesak
memantulkan sorot mata yang kerinduannya menghentak-hentak
kepada bapak, emak dan kampung halaman
juga masa silam yang dulu sengaja ditinggalkan

Demi sebuah kota yang anggun, murung dan beraroma anggur
meski kerapkali bertindak sebagai penyamun, perundung dan tukang gali kubur

Bogor, 13 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun