Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Bagaimana Cara Saya Menentukan Pilihan Seorang Presiden

13 April 2019   06:21 Diperbarui: 13 April 2019   06:26 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedalam Samudera 
Presiden pilihan saya mempunyai hati sedalam samudera. Tidak mudah terpengaruh bisikan menyesatkan, provokasi tanpa kebenaran, dan terpancing pada pertengkaran. Di tangannya terletak nasib sekian ratus juta jiwa, sekian banyak agama, sekian banyak suku bangsa, dan sekian banyak golongan.

Kebhinekaan adalah kemanusiaan baginya. Prinsip yang akan selalu dipegangnya. Melindungi yang benar tanpa pandang bulu. Menghukum yang salah meskipun itu orang terdekatnya. Menegakkan keadilan setegak-tegaknya.

Matanya seruncing mata pedang. Sanggup melihat para pejabat yang khianat. Mampu menghukumnya tanpa basa-basi yang tak perlu. Atau pertimbangan kepentingan sana sini yang bukan merupakan kepentingan rakyat secara keseluruhan.

Akhirnya
Begitulah cara saya memilih presiden. Kelihatannya mengada-ada tapi benar begitu adanya. Nampaknya rumit tapi sesungguhnya sederhana.

Apakah dari 2 pilihan yang ada sekarang memenuhi semua hal yang saya pinta? Tentu relatif. Tidak ada manusia yang sempurna. Tapi saya akan memilih yang paling mendekati kriteria saya. Saya sudah punya pilihan.

Hanya Tuhan, hati saya, dan bilik yang bisu yang akan menjadi saksi kepada siapa saya akan menjatuhkan pilihan.

Saya tidak ingin tidak memilih. Karena ini hak saya. Saya tidak mau menjadi orang yang membuta terhadap negara yang telah bersedia menerima tembuni saya di perut buminya. Juga negara yang kelak akan menerima jasad saya untuk dikubur pada tanah-tanahnya.

Bogor, 13 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun