Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tertawalah Sedikit Saja

26 Maret 2019   17:51 Diperbarui: 26 Maret 2019   18:12 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau mengajakku mentertawakan apa? Sedangkan di sekitar kita cuma drama tak lucu yang bercerita tentang lupa yang kesulitan mengingat dirinya.

Apa mungkin kau ingin aku mentertawakan senja yang tak mengenakan apa-apa demi membangkitkan berahi para lelaki yang lusuh lesu sepulang bekerja? Aku kira itu tak termasuk dalam rencana. Sebab senja tak berbusana adalah kecantikan yang nyaris sempurna.

Perhatikan bagaimana warnanya yang sendu sanggup membuat banyak orang tergugu-gugu. Lihat seperti apa kikuknya para penyair menyalin kata-kata di lidah mereka yang mendadak kelu. Lihat juga tingkah gagap para pelukis yang menyentuhkan kuasnya pada kanvas agar bisa melukis paras senja yang memerah panas.

Jadi bagaimana? Apakah aku masih harus tertawa untuk membuatmu bahagia?

Jika iya, aku akan menyingkirkan sunyi dari sudut mulutku yang berbelati. Supaya senyum dan tawaku bukan horrornya orang mati.

Jika tidak, aku akan memintamu tertawa sedikit saja. Sebelum dunia terseret terlalu dalam pada kepedihan yang luar biasa. Setelah tak habis-habis mengusung jenazah. Dari korban perang, kelaparan dan jenayah.

Jakarta, 26 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun