Di pagi yang melipat rapi cahaya matahari, orang-orang tak lagi jalan tergesa. Bagi mereka, terlalu mahal membayar keterburuan. Sebab merekalah pemburunya. Mangsa tak akan pergi kemana-mana. Terjebak di ruang-ruang yang dibentuk oleh pikiran. Berupa keinginan.
Di sebuah peron stasiun kereta, saat rodanya memberangkatkan begitu banyak pinta dan doa, orang-orang terpekur tak lagi mendengkur. Bagi mereka, perjalanan bisa saja diatur. Tapi bagaimana menjalaninya adalah pilihan. Jangan sampai terjebak ruang-ruang pikiran. Sibuk menjadi semenjana, karena dicengkeram begitu banyak rencana.
Pada pagi yang menyediakan gerobak-gerobak berisi mimpi, orang-orang menyeduh segelas kopi agar tak larut dalam sepi. Kesepian bisa membunuh. Jika ruang-ruang pikiran mendekati runtuh. Lantas udara menjadi seolah tuba, hujan serasa serakan airmata, kegaduhan seolah batu-batu yang merajam, tatapan-tatapan tajam seolah belati yang siap menikam.
Pada ruang-ruang pikiran yang dibangun oleh kekuatan hati, orang-orang meletakkan diri di lorong-lorong yang diterangi nyala api, supaya tak mudah patah hati.
Ruang-ruang pikiran menyekat isi kepala ke dalam urusan materi dan rumusan immateri. Lengkap dalam susunan siang, malam dan pagi.
Ini bukan sebuah keganjilan. Ini adalah ketetapan. Bagi sebuah tekad dan kemauan, yang tak hendak bermatian.
Jakarta, 26 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H