Aku pikir, masa silam telah menyelesaikan semua urusan. Denganku yang selalu bersitegang dengan setiap kilasan. Ditampilkan ketika hari hujan, atau pada saat aku sedang kesepian.
Dan memang, semuanya sudah usai. Akulah yang belum selesai. Berurusan dengannya yang membuatku menghafal luka. Lalu melafalnya sebagai duka.
Aku masih ingin berseteru. Tak hendak menganggapnya sebagai sekutu.
Ia telah merakit perahu, yang disediakan untukku tenggelam. Ia telah menyediakan anak tangga, yang dipahatnya dari paku hingga aku terajam. Ia menyalakan perapian, dari serpihan kegelapan malam. Ia berjanji, menjejali mataku dengan keburukan kelam.
Jika sengketa ini tak pernah berakhiran. Semua cermin akan aku retakkan. Segenap bayangan tak akan aku hiraukan. Segala kenangan akan aku banjiri dengan kekacauan.
Jika sampai pada waktunya, aku dan masa silam akan saling berbunuhan.
Bogor, 8 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H