Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesan dari Langit

28 Februari 2019   07:54 Diperbarui: 28 Februari 2019   08:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada percikan kabar yang dikirim melalui tetesan hujan, dengan ini langit menyampaikan pesan kepada seisi lautan;

pelankan gelombangmu. Banyak nelayan datang bertamu. Biarkan mereka menebar jala, mata pancing dan pemberat batu. Di rumah, mereka sudah ditunggu. Dengan dada berdegup dan jantung bertalu-talu. Akan selamatkah bapakku?

Di reruntuhan kabut yang luruh pada pagi buta, puncak gunung yang dingin memberi pesan kepada air, tanah dan batu-batu;

beri waktu yang cukup bagi para petani itu. Untuk mengolah tanah dan air menjadi satu. Meminggirkan batu-batu, dan meletakkannya di pematang. Sebagai pertanda telah disemai batang-batang padi yang kelak akan membolehkan petani itu pulang. Dengan hati lapang.

Dalam kesunyian yang menghilang begitu saja tanpa berpamitan, tumbuhlah riuh dan gaduh yang merupakan pesan langit terhadap kehidupan;

bila hatimu mendekati runtuh karena banyak kebaikan di dunia ini yang terbunuh. Kirimkanlah doa-doa secara utuh. Biarkan mengembara mencari Tuhannya. Di manapun Dia berada.

Jakarta, 28 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun