Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sayap-sayap Basah

27 Februari 2019   17:05 Diperbarui: 27 Februari 2019   17:35 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana caramu terbang di lautan dan tenggelam di langit? Sedangkan sayap-sayap yang basah tidak bisa dikeringkan dengan hati yang pailit?

Lagipula gelombang akan mencegahmu terbang, dan gerombolan awan akan menahanmu agar tidak tenggelam.

Sepertinya kau ingin menghilang dari setiap kerumunan. Tak jelas karena apa. Karena kau nampaknya dikelilingi oleh banyak rahasia.

Meskipun kau tidak lahir dari kotak pandora, namun kau berasal dari wilayah yang tidak berlintang utara. Sulit untuk mencarimu. Karena kau lebih samar dari halimun paling beku.

Kau sebenarnya hendak menyampaikan apa?

Apakah seperti puisi-puisi yang sempat membuatmu melarikan diri? atau sajak-sajak yang menuntunmu pada keranda tempat kau membawa hati dalam kematian yang tak perlu?

----

Jawaban darimu kudengar lebih lirih dari udara malam yang merintih. Mungkin itu suara sunyi yang terlatih membuat perasaan pedih.

Lalu apakah aku harus ikut tertatih-tatih setelah begitu letih mencarimu yang menghilang secara fasih?

Entahlah.

Sedangkan senja saja bisa lelah. Apalagi aku yang mudah terjatuh dalam rangkuman rasa pasrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun