Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Bebal!

13 Februari 2019   15:37 Diperbarui: 13 Februari 2019   16:45 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah oleh sebab apa, malam itu, hujan aku jadikan alasan untuk tidak beranjak dari teras rumahmu. Aku ingin berlama-lama di situ, mengupas habis berbagai hal tentang bunga sepatu.

Kau nampak jengah, tapi aku merasa bungah. Aku tak peduli. Aku sedang membuat simpul mati pada tali-tali yang aku lilitkan di hatimu tanpa kau sadari.

Kau sempat bertanya; kapan kau pergi?

Aku hanya menjawab ringan bahwa hujan belum memperkenankan aku pergi. Lagipula aku tak bisa pergi sebelum memastikan kau baik-baik saja. Hujan yang kemalaman bisa menjadikan seorang perempuan sandera berharga.


Kau tertawa; kau gila?

Aku kembali menimpali ringan bahwa semenjak bertemu denganmu tingkat kewarasanku menurun beberapa tingkat. Aku dan hatiku sering tidak sepakat. Aku yang sangat berealita menganggap ini semua ilusi semata, sedangkan hatiku berimajinasi tinggi untuk menjadikan ini semua kisah nyata.


Bagaimana? Cukup masuk akal?

Jika tidak, kaulah yang bebal! Tak mengenal arti cinta dari seorang lelaki yang memperjuangkannya secara brutal.

Lipat Kain, 12 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun