Berlatar belakang arak-arakan mendung hitam yang mengeluarkan taringnya yang runcing dan legam. Lelaki itu memasuki rimba di hadapannya yang nampak begitu hening dan kelam.
Lelaki itu siap menerobos semak dan onak. Di hatinya hanya ada tekad yang menua bersama matanya yang menyala. Belantara adalah taman kecil tempat harimau bermain. Dia akan mengaum bersama mereka untuk menegakkan hatinya yang kembali terpilin-pilin.
Pertama yang dijumpainya adalah pepohonan raksasa yang menengadahkan pinta. Kepada langit agar menurunkan kesengajaan berupa hujan yang bukan airmata.
Kedua yang ditemuinya adalah keriuhan suluran rotan. Di batangnya yang mengular, menganga serpihan serpihan tajam. Mengancam dengan santun. Bagi siapapun yang hendak berniat jadi penyamun.
Ketiga yang dihadapinya adalah kegelapan antah berantah tak bertuan. Kegelapan yang memang dalam pencarian. Lelaki itu mencari tanah yang lembab untuk menanam duri yang bermukim di jantungnya. Begitu lama dan membuatnya menjadi lelaki yang berbahaya.
Terakhir yang dihadapinya adalah teka-teki dari misteri mengapa jantungnya berduri.
Ternyata itu karena hutannya tak lama lagi detak nadinya berhenti. Benar-benar mati.
Jakarta, 4 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H