Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki dan Duri di Jantungnya

4 Februari 2019   12:38 Diperbarui: 4 Februari 2019   18:30 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berlatar belakang arak-arakan mendung hitam yang mengeluarkan taringnya yang runcing dan legam. Lelaki itu memasuki rimba di hadapannya yang nampak begitu hening dan kelam.

Lelaki itu siap menerobos semak dan onak. Di hatinya hanya ada tekad yang menua bersama matanya yang menyala. Belantara adalah taman kecil tempat harimau bermain. Dia akan mengaum bersama mereka untuk menegakkan hatinya yang kembali terpilin-pilin.

Pertama yang dijumpainya adalah pepohonan raksasa yang menengadahkan pinta. Kepada langit agar menurunkan kesengajaan berupa hujan yang bukan airmata.

Kedua yang ditemuinya adalah keriuhan suluran rotan. Di batangnya yang mengular, menganga serpihan serpihan tajam. Mengancam dengan santun. Bagi siapapun yang hendak berniat jadi penyamun.

Ketiga yang dihadapinya adalah kegelapan antah berantah tak bertuan. Kegelapan yang memang dalam pencarian. Lelaki itu mencari tanah yang lembab untuk menanam duri yang bermukim di jantungnya. Begitu lama dan membuatnya menjadi lelaki yang berbahaya.

Terakhir yang dihadapinya adalah teka-teki dari misteri mengapa jantungnya berduri.

Ternyata itu karena hutannya tak lama lagi detak nadinya berhenti. Benar-benar mati.

Jakarta, 4 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun