Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merajam Bekas Luka

3 Februari 2019   09:56 Diperbarui: 3 Februari 2019   10:31 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merajam bekas luka. Aku berharap bisa menemukan penyebabnya apa.

Karena selama ini, pada setiap luka yang ada, aku membiarkannya terpajang sebagai piala. Seolah aku adalah seorang juara yang sanggup menampung luka berapapun banyaknya.

Dari bekas luka yang aku rajam, aku berhasil menemukan bekasnya yang kejam. Akibat dari pukulan masa silam berupa kenangan, maupun tikaman masa depan dalam bentuk harapan yang tersingkirkan.
---
Betapa luka yang menganga itu ternyata jauh lebih pedih dari duka yang membabi buta.

Luka menimbulkan bekas, sedangkan duka selalu berbatas. Dalam luka, dunia berpecahan seperti kaca; sedangkan dalam duka, dunia hanya berkaca-kaca.

Karena luka, langkah tertatih-tatih. Karena duka, mulut merintih-rintih.

Luka itu berada pada titik ketika hati direndam cuka, sementara duka mempunyai tempat saat jiwa mengaku merana.
---
Aku menyudahi rutukan ini. Terlalu banyak merutuk bisa membuatku harakiri.

Jakarta, 3 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun