Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Pesan Paling Rahasia

30 Januari 2019   20:54 Diperbarui: 30 Januari 2019   21:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untunglah ada kamu, rintik gerimis yang tak habis-habis. Rima dan magisnya menyurutkan keinginan untuk mengiris sajak-sajak liris. Ke dalam upacara persembahan tak biasa. Memenggal kata-kata di altar hangkara.

Syukurlah masih ada kamu. Sepetik bintang yang lolos dari perangkap langit yang semu. Setitik cahaya yang sampai di bumi, yang tak lebih dari satu detik nyala korek api, mengirimkan pesan paling rahasia namun tiada tara maknanya;
bila jiwamu sedang dipasung rapat oleh kelam dan dipagut erat oleh hitam, carilah percikan cahaya yang ada, bahkan meski itu adalah sisa bara dari sampah yang menyala.

Aku mesti berterimakasih kepada keheningan yang tiba-tiba menyapu segala kegaduhan. Saat hiruk-pikuk yang terkutuk didiamkan seketika oleh pikiran yang terantuk hal-hal buruk. Pukulan masa silam yang tiba-tiba datang secepat shinkansen sampai ke tujuan. Walau sesungguhnya ini belum waktunya pulang.

Aku masih di sebuah tempat temaram. Menunggu rintik gerimis kembali mengulang rimanya yang berdetak lambat. Juga sepetik bintang yang tadi ditenggelamkan gelombang awan pekat. Aku menunggu lagi sebuah pesan paling rahasia;
bila jiwamu dirundung murung yang tak kepalang mendungnya, carilah hujan terbesar yang pernah ada, bahkan meski kau akan dilanda air bah karenanya.

Palembang, 30 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun