Masih tentang hujan yang membiarkan tubuhnya terhempas keras
pecah berhamburan seperti tembikar yang dijatuhkan di atas cadas
menguarkan suara orchestra terbaik yang pernah ada
perpaduan dari irama cinta dan syair-syair beromansa
Saat musik dari hujan terus saja mengalunkan nada-nada ritmis
mungkin tiba waktunya bagi hati untuk mengeringkan tangis
airmata cukuplah untuk persembahan upacara bendera
ketika Sang Saka berkibar dan menyentuh kedalaman jiwa
Ketika irama hujan memelan dan hanya tinggal tetesan demi tetesan
barangkali ini saatnya untuk memeriksa genangan demi genangan
siapa tahu ada serpihan kenangan sedang berkubang di sana
kita tinggal memilih mana yang akan kita jerang nanti senja
Sebagai secawan lamunan saat malam tiba
sebelum lelap menyeret mata
dan kita belum siap menemui mimpi
karena kita tahu pada tubuh mimpi seringkali bertumbuhan duri
Bogor, 27 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H