Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak-sajak Liris yang Magis

24 Januari 2019   17:09 Diperbarui: 24 Januari 2019   17:27 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sajak-sajak liris memiliki rangkaian genetis yang sempurna untuk merubah kebisingan tangis menjadi peristiwa tragis yang berakhir manis.

Pada setiap rimanya; mengandung repetisi. Mengundang kekuatan ilusi. Mengendang musik-musik yang mengiringi kebangkitan imajinasi.

Pengulangan untuk menegaskan arti. Bila setelah berucap pergi, maka rimanya yang tegas akan menuliskan tak akan kembali.

Begitu pula ketika menegaskan arti tangisan seperti ini; aku berniat menangisi hati yang dikoyak-koyak sepi. Tapi aku ingat hatiku telah lama disepuh besi. Aku tak hendak menjadi seorang perempuan yang tatapannya tergradasi sunyi.

Pada sajak-sajak liris yang magis, ditiupkan ruh yang diambil dari helaan nafas para pertapa yang telah menyelesaikan pertapaannya. Bukan dari ruh para pengelana yang tak pernah sampai pada tujuannya.

Sajak-sajak liris ditujukan untuk mengiris-iris keriuhan di benak para peratap. Membagi-baginya dalam potongan kecil yang mudah dilahap. Ketika mereka mencucurkan airmata demi bukan apa-apa. Untuk bukan siapa-siapa. Atas nama perkara-perkara tak ada artinya.

Sajak-sajak liris yang magis lebih tepat ditujukan bagi para penyendiri yang menganggap tangis adalah cara bunuh diri paling herois.

Medan, 24 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun