Tubuh-tubuh cinta yang bergeletakan. Terlihat sangat kelelahan. Entah gagal mencari majikan. Atau usai menggali tempat pemakaman.
Bagi cinta yang telah berjenazah. Mati atas nama hati patah. Dikubur diam-diam. Tanpa upacara perpisahan.
Dalam kematiannya, cinta bergentayangan mencari secarik kain perca. Demi membebat ruhnya yang terluka.
Bagi cinta yang mati suri. Terbaring tak bergerak lagi. Berkelindan dalam koma. Menunggu titik menyelamatkannya.
Dalam diamnya, lamat-lamat cinta menyebutkan sebuah alamat. Di sana lah sepotong hati bertempat tinggal. Sepotong hati yang sanggup membuatnya berdetak kembali dengan lafal-lafal tanpa gagal.
Bagi ronin cinta yang belum bertemu majikan. Pencarian dilakukan. Menaiki kereta. Menyisir cinta buta. Menumpang kapal layar. Mengejar cinta berkobar. Mengendarai hujan. Demi cinta yang sungguh-sungguh bisa dipertuan.
Dalam pencariannya, cinta menemui jejak-jejaknya sendiri. Lalu memburunya tanpa henti.
Bogor, 22 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H