Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ronin Cinta

22 Januari 2019   08:39 Diperbarui: 22 Januari 2019   08:55 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuh-tubuh cinta yang bergeletakan. Terlihat sangat kelelahan. Entah gagal mencari majikan. Atau usai menggali tempat pemakaman.

Bagi cinta yang telah berjenazah. Mati atas nama hati patah. Dikubur diam-diam. Tanpa upacara perpisahan.

Dalam kematiannya, cinta bergentayangan mencari secarik kain perca. Demi membebat ruhnya yang terluka.

Bagi cinta yang mati suri. Terbaring tak bergerak lagi. Berkelindan dalam koma. Menunggu titik menyelamatkannya.

Dalam diamnya, lamat-lamat cinta menyebutkan sebuah alamat. Di sana lah sepotong hati bertempat tinggal. Sepotong hati yang sanggup membuatnya berdetak kembali dengan lafal-lafal tanpa gagal.

Bagi ronin cinta yang belum bertemu majikan. Pencarian dilakukan. Menaiki kereta. Menyisir cinta buta. Menumpang kapal layar. Mengejar cinta berkobar. Mengendarai hujan. Demi cinta yang sungguh-sungguh bisa dipertuan.

Dalam pencariannya, cinta menemui jejak-jejaknya sendiri. Lalu memburunya tanpa henti.

Bogor, 22 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun