Kini saatnya purnama tiba, sayang. Lihatlah langit sedang menularkan banyak kegembiraan. Bunga-bunga kapas menarikan tarian istimewa. Digiring angin yang berusaha keras untuk tak menjatuhkannya.
Hapus rasa murung yang mengurung wajahmu, sayang. Sekarang bukan saatnya mendung menurunkan hujan. Perhatikan ke angkasa. Purnama menjadikan dirinya panggung pertunjukan opera.
Manakala masih ada duka yang melipat keningmu menjadi beberapa bagian, segera lepaskan sayang. Kini bukan waktu yang tepat untuk meratap. Inilah saat yang hebat untuk menyanjung panorama. Sebagian besar bahagia ada di sana. Cobalah untuk mencicipinya.
Apabila setelah puncak malam terlewati purnama dan kau tak merasakan apa-apa, mungkin kau harus buru-buru berkaca. Lihatlah bagaimana raut mukamu di sana. Apakah terserak seperti daun-daun kering, atau memancarkan sebuah aura telaga yang bening.
Kalau yang pertama kau temukan, berusahalah tetap tersenyum, sayang. Pada akhirnya duka pun ada saatnya pulang.
Jika yang kedua kau jumpa, berarti kau baik-baik saja. Aku turut bahagia. Â
Bogor, 19 Januari 2019
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H