Apakah kau pikir, merawat rindu itu semudah menyirami taman seukuran hatimu dengan menggunakan air hujan dan cahaya matahari yang diaduk pelan-pelan?
Tidak! Ia perlu lebih dari itu. Ia adalah rindu. Sumber kedamaian sekaligus kericuhan menjadi satu.
Rindu adalah negeri antah berantah yang tak bisa didatangi dengan membeli tiket mahal kapal atau kursi eksekutif pesawat terbang.
Rindu adalah kolam-kolam yang dikeringkan dari kebencian kemudian memanen banyak kebaikan di dasarnya yang kering kerontang.
Di negeri rindu yang teramat sulit dipetakan sekalipun oleh seorang paling ahli perihal kartografi, rindu adalah titik koordinat yang tak pernah sepi dari orang-orang yang mengagumi.
Di negeri rindu yang begitu jauh sampai harus ribuan kali melepas sauh, perjalanan mencarinya adalah pengembaraan paling tak masuk akal karena ketakutan terdalam terhadap gagal.
Di negeri rindu yang sedekat jarak antara mata dan telinga, wujud sesungguhnya hanya nampak apabila kita berkaca. Memandangi pantulannya di sana. Lalu kita memutuskan untuk tersenyum bahagia.
Jakarta, 17 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H